Di manakah ALLAH?
Di mana Allah berada? Pastinya
hanya Allah sendiri Yang Maha Mengetahui di mana diri-Nya berada. Memang benar
Allah tidak terikat dan terhukumi oleh ruang dan waktu. Di mana zat-Nya
bersemayam tak seorang hamba pun yang dapat memastikannya.
Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah
meyakini bahwa dzat Allah subhanahu wa ta’ala bersemayam di atas ‘Arsy, Dia
tidaklah berada di alam ini (sebagaimana makhluk-Nya), bahkan Allah terpisah
dari makhluk-Nya.
Namun Allah tetap mengetahui segala
sesuatu, tidak ada sesuatu di bumi dan di langit yang samar dari-Nya. Allah
Ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah
Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia
bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Al A’rof : 54)
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“ (Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah
yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Thoha [20] : 4-5)
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ
فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا
“Kemudian Allah bersemayam di atas
Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang
lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.” (QS. Al Furqon [25] : 59)
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Allah lah yang menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. As Sajdah [32] : 4)
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
“Dan Dia-lah yang menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di
atas air.” (QS. Hud [11] : 7)
Dan yang menunjukkan bahwa Allah
berada di atas seluruh makhluk-Nya adalah dalil tentang diturunkannya Al Qur’an
dari sisi-Nya. Telah kita ketahui bahwa setiap sesuatu yang turun itu adalah
dari atas ke bawah. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ
مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
“Dan Kami telah turunkan kepadamu
Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu
kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab
yang lain itu.” (QS. Al Ma’idah [5] : 48)
حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ
الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (2)
“Haa Miim. Diturunkan Kitab ini (Al
Qur’an) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ghofir [40] :
1-2)
حم تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat [40] : 1-2)
Dan masih banyak dalil lainnya yang
menjelaskan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berada di atas sana.
Dalil dari As Sunnah adalah hadits
Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulamiy dengan lafazh dari Muslim,
“Saya memiliki seorang budak yang
biasa mengembalakan kambingku sebelum di daerah antara Uhud dan Al Jawaniyyah
(daerah di dekat Uhud, utara Madinah, pen). Lalu pada suatu hari dia berbuat
suatu kesalahan, dia pergi membawa seekor kambing.
Saya adalah manusia, yang tentu
juga bisa timbul marah. Lantas aku menamparnya, lalu mendatangi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perkara ini masih mengkhawatirkanku. Aku
lantas berbicara pada beliau, “Wahai
Rasulullah, apakah aku harus
membebaskan budakku ini?” “Bawa dia padaku,” beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam berujar. Kemudian aku segera membawanya menghadap beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambertanya pada budakku
ini,
أَيْنَ اللَّهُ
“Di mana Allah?”
Dia menjawab,
فِى السَّمَاءِ
“Di atas sana.”
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bertanya lagi,
مَنْ أَنَا
“Siapa saya?”
Budakku menjawab,
أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ
“Engkau adalah Rasulullah.”
Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ
“Merdekakanlah dia karena dia adalah
seorang mukmin.” (HR. Ahmad [5/447], Malik dalam Al Muwatho’[666], Muslim
[537], Abu Daud [3282], An Nasa’i dalam Al Mujtaba’ [3/15], Ibnu Khuzaimah
[178-180], Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah [1/215], Al Lalika’iy dalam Ushul
Ahlis Sunnah [3/392], Adz Dzahabi dalam Al ‘Uluw [81])
Terdapat juga hadits dari Abu Sa’id
Al Khudri,
أَلاَ تَأْمَنُونِى وَأَنَا أَمِينُ مَنْ
فِى السَّمَاءِ يَأْتِينِى خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً
“Tidakkah kalian beriman padaku dan
aku beriman pada Rabb yang berada di atas sana. Berita langit datang padaku di
kala pagi dan sore hari.” (HR. Ahmad [3/4,68,73], Bukhari [3344, 4351], Muslim
[1064], Abu Daud [4764], An Nasa’i dalam Al Mujtaba [5/87] dan selainnya)
[Kedua]
Barangsiapa yang meyakini bahwa
Allah berada di mana-mana (di setiap tempat), maka dia termasukHululiyah
(aliran yang menganggap Allah menyatu dengan makhluk, pen).
Untuk membantah keyakinan semacam
ini adalah dengan dalil-dalil yang telah lewat yang menyatakan bahwa Allah
berada di atas sana. Allah bersemayam di atas ‘Arsy-Nya, terpisah dari
makhluk-Nya.
Hendaklah seorang muslim itu tunduk
pada dalil Al Kitab, As Sunnah, dan Ijma’ (kesepakatan para ulama). Jika tidak
demikian berarti dia termasuk orang yang kafir, keluar dari Islam.
Adapun firman Allah,
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ
“Dan Dia bersama kamu di mama saja
kamu berada.”(QS. Al Hadid [57] : 4)
Menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, maksud ayat ini adalah Allah bersama makhluk-makhluk-Nya dengan ilmu-Nya sesuai dengan keadaan mereka.
Adapun firman Allah Ta’ala,
وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي
الْأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ
“Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” (QS. Al An’am [6] : 3)
Maksud ayat ini yaitu Allah
subhanahu wa ta’ala adalah sesembahan dari makhluk yang berada di langit maupun
di bumi.
وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ
وَفِي الْأَرْضِ إِلَهٌ
“Dan Dialah Tuhan (Yang disembah)
di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana
lagi Maha Mengetahui.” (QS. Az Zukhruf [43] : 84)
Maksud ayat ini yaitu Allah
subhanahu wa ta’ala adalah sesembahan (ilah) dari makhluk yang berada di langit
dan di bumi, tidak ada yang berhak disembah selain Dia.
Inilah bentuk kompromi yang benar
antara ayat dan hadits tentang hal ini (keberadaan Allah di atas sana dan ayat
yang menyatakan Allah di mana-mana, namun maksudnya adalah ilmu-Nya, pen).
Semoga Allah memberi taufik (kepada
kebenaran). Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al
‘Ilmiyah wal Ifta’
sumber : Muhammad Abduh
Tuasikal
Tidak ada komentar: