Ujian Bagi Orang Beriman
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ
بَلاَءً قَالَ الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ
عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ
فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ
“Ya Rasulullah! Siapakah yang paling
berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang yang
semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar
(kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat.
Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya”
( HR. at-Tirmidzi no. 2398, an-Nasâi
no. 7482, Ibnu Mâjah no. 4523 (ash-Shahîhah no. 143)
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga pernah bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ
وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا
وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
"Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allâh mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya". HR. at-Tirmidzi no. 2396 dan Ibnu Mâjah no. 4031 (Ash-Shahîhah no. 146).
Orang yang beriman itu teguh pendiriannya,
bahwa Allah akan mengujinya dengan sesuatu dan dibalik ujian itu terdapat
keselamatan bagi dirinya, baik keselamatan dunia dan akhirat.
Ujian itu harus dihadapi dengan kerelaan. Ketika Tuhannya menyibukkannya dengan bencana, ia harus bersabar dalam menghadapinya dan tidak berprasangka buruk pada Tuhannya. Terimalah takdir berupa sehat atau sakit dan apa saja yang engkau sukai atau engkau benci.
Ujian itu harus dihadapi dengan kerelaan. Ketika Tuhannya menyibukkannya dengan bencana, ia harus bersabar dalam menghadapinya dan tidak berprasangka buruk pada Tuhannya. Terimalah takdir berupa sehat atau sakit dan apa saja yang engkau sukai atau engkau benci.
Tidak ada komentar: